Senin, 05 Desember 2016

Komersialisasi dan Komoditas Media


Kelas terakhir Kapita Selekta dihadiri oleh Ibu Amina Sumarnawati yang merupakan dosen aktif di Universitas Muhammadiyah dan Universitas Moestopo. Beliau membawakan perkuliahan tentang komersialisasi dan komodifikasi media.

Ibu Amina menjelaskan beberapa ciri-ciri media yaitu:
1. Organisasi atau Industri
Sebenarnya pers atau media tidak terkekang oleh Undang-Undang namun karena tekanan yang diberikan pemilik media yang seringkali ingin agar konten media sesuai dengan keinginannya dan hal tersebut harus dipenuhi

2. Komunikator dan Sender
Terdapat perbedaan antara komunikator dan sender, meskipun keduanya sama-sama menyampaikan pesan pada komunikan namun komunikator dalam media biasanya adalah pemilik televisi dsn sendernya adalah pembawa berita atau host.

3. Institusi yang Memproduksi Teks Sebagai Komoditas
Tujuan utama media saat ini kebanyakan untuk mendapatkan keuntungan materi sebesar-besarnya. Sehingga media disebut sebagai tempat memperjualbelikan kontennya.

4. Agen Perubahan Sosial dan Global
Media memikiki kekuatan besar dalam menggerakkan terjadinya aksi sosial

Selasa, 29 November 2016

Fotografi dan Aplikasinya (24 November 2016)



Kelas Kapita Selekta pada hari Kamis 24 November 2016 kedatangan seorang dosen tamu bernama Didiet Anindita. Beliau adalah seorang fotografer profesional sejak tahun 1989. Pengalaman beliau sebagai fotografer kebanyakan didapatkan dari profesinya sebagai fotografer majalah. Kini beliau bekerja sebagai fotografer freelance. Ia juga mengatakan bahwa ia sering merekrut anak-anak dari Fakultas Ilmu Komunikasi Untar untuk dijadikan partner kerja ketika sedang mendapatkan sebuah proyek fotografi.

Topik yang ia bawakan adalah seputar fotografi dan metodenya terutama fotografi untuk majalah. Ia mengatakan bahwa teori yang diajarkan dalam fotografi akan berbeda 180 derajat dengan prakteknya. Sehingga semakin banyak praktek maka kita akan semakin ahli dalam fotografi.

Redaksi dalam majalah memiliki beberapa elemen yaitu:
-          Pemred
-          Fotografer
-          Redaktur pelaksana
-          Desain grafis
-          Pengarah gaya
-          fashion

Menurutnya dalam cover majalah, yang terpenting adalah modelnya tidak menutupi tulisan judul-judul artikel yang diletakkan di cover. Tapi juga jangan sampai wajah model tertutup oleh judul-judul tersebut. Namun terdapat sebuah majalah yang namanya tertutup oleh modelnya. Contohnya seperti gambar di bawah ini:


Gambar di atas adalah Majalah Femina dan kita tetap bisa mengetahui nama majalah tersebut walaupun tertutup oleh modelnya. Mengapa hal itu dapat terjadi? Karena Majalah Femina sudah terkenal sejak dulu sehingga masyarakat sudah mengetahui bentuk tulisan dari majalah tersebut sehingga walaupun tulisannya tertutup, masyarakat tetap tahu bahwa itu Femina.

Menurut Pak Didiet terdapat suatu ilmu yang penting dalam fotografi di majalah yaitu gradasi atau zone system. Itu adalah teknik gradasi dari gelap ke terang atau dari terang ke gelap. Kita dapat bermain dengan gradasi warna agar membuat foto menjadi lebih hidup. 


Setiap fotografer pasti memiliki idealisme masing-masing, memiliki gaya dan selera fotografi yang berbeda-beda namun ketika menjadi seorang fotografer maka harus menuruti keinginan klien. Keinginan klien harus diutamakan sehingga menjadi seorang fotografer tidak boleh terpaku idealisme diri. Bekerja menjadi fotografer di Indonesia memiliki kesulitan tersendiri yaitu klien yang tidak dapat mengatakan dan menggambarkan foto seperti apa yang diinginkannya. Sehingga seorang fotografer harus mampu memahami seperti apa foto yang diinginkan oleh klien.
 
Menjadi seorang fotografer majalah seperti Pak Didiet juga tidak mudah karena terkadang foto model yang dijadikan untuk cover majalah seringkali menuai kontroversi seperti contohnya baju model yang terlalu terbuka atau posenya yang terlalu berani. Namun hal menantang seperti itu perlu dilakukan untuk menaikkan perhatian masyarakat pada majalah. Biasanya hal tersebut dilakukan ketika majalah sedang mengalami penurunan tingkat pembaca. Sehingga seorang fotografer harus dapat mempertahankan pilihannya dalam menggunakan foto yang dijadikan cover majalah. 

Pak Didiet juga pernah menjadi fotografer untuk iklan minuman dan tips yang terpenting darinya adalah untuk membuat sebuah foto untuk iklan harus ada logikanya. Harus dipikirkan juga bagaimana agar pesan apa yang ingin disampaikan pada masyarakat dapat tersalurkan dengan baik.

Selasa, 22 November 2016

Media Communication Today and Tomorrow (17 November 2016)

Pada hari Kamis tanggal 17 November 2016, kelas kapita selekta kedatangan dosen tamu bernama Kukuh Sanyoto. Beliau adalah seorang simultaneous interpreter untuk bahasa Indonesia, Inggris dan Spanyol. Pak Kukuh adalah satu-satunya simultaneous interpreter bahasa Spanyol di Indonesia. Tema yang dibawakan pada hari itu adalah Media Communication Today and Tomorrow.



Materi perkuliahan yang dibawakan Pak Kukuh sangat menarik karena beliau memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami dan kebanyakan berasal dari pengalaman hidupnya. Menurutnya, Communication’s future = Future of human evolution. Seiring dengan berkembangnya evolusi manusia, komunikasi yang digunakannya juga semakin berkembang ke arah yang lebih baik.

Dalam berprofesi apapun yang paling penting adalah kreatif. Kita harus belajar untuk berpikir out of the box. Tujuannya untuk menggapai kesempatan yang ada. Apabila cara berpikir kita sama dengan orang lainnya maka kesempatan akan berkurang. Apabila telah berpikir kreatif namun tetap tidak ada peluang maka kita harus membuat perubahan. Peluang akan muncul apabila kita membuat perubahan.

Saat ini media mainstream telah ketinggalan jaman karena digerogoti oleh perkembangan media digital. Maka fokus kita lebih baik pada media digital yang akan berkembang menjadi sangat besar nantinya

Senin, 14 November 2016

Penyiaran Televisi (10 November 2016)



Kelas Kapita Selekta pada hari Kamis lalu berbeda dari kelas-kelas sebelumnya karena kedatangan dosen tamu bernama Maman Suherman. Beliau terkenal dalam dunia televisi sebagai bagian dari acara Indonesia Lawak Klub (ILK) yang juga merupakan hasil karyanya. Ia pernah bekerja sebagai penyiar radio Prambors selama 12 tahun dan juga pernah bekerja di Kompas meskipun awalnya dia mengemban ilmu di jurusan kriminolog Universitas Indonesia.

Pak Maman menceritakan seputar dunia televisi beserta acara-acara di dalamnya. Ia menceritakan tentang Mata Najwa dan Indonesia Lawyer’s Club yang memiliki rating dan share kecil dibandingkan sinetron Ganteng Ganteng Serigala dan Uttaran namun tetap banyak yang mau memasang iklan di kedua acara tersebut karena penonton Mata Najwa dan Indonesia Lawyer’s Club target penontonnya jelas (spesifik). Hal tersebut menjelaskan bahwa meski rating dan share kecil namun apabila target penonton jelas maka iklan tetap akan bermunculan. Meskipun harganya lebih murah dibandingkan acara yang rating dan share nya tinggi.

Terdapat 5 kunci untuk bertahan dalam dunia ilmu komunikasi. Menurut Pak Maman kunci tersebut adalah:
-          Read
-          Research
-          Reliably
-          Reflecting
-          wRite

Read
Menurut UNESCO 2012, minat baca orang Indonesia hanya 0.001 dan berada pada tingkat ke dua dari bawah dalam 61 negara. Membaca adalah sesuatu yang penting untuk menambah wawasan kita terhadap apapun. Maka seharusnya minat baca ditingkatkan.

Riset
Segala hal yang akan disampaikan kepada orang lain harus dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kita harus memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman. Begitupun saat mendapatkan informasi dari orang lain maka harus kritis untuk menilai apakah berita itu benar atau salah.

Reliably
5W+1H adalah unsur yang harus selalu dipenuhi.

Reflecting
Dalam menanggapi sebuah isu atau permasalahan maka tidak boleh hanya melihat dari sudut pandang kita saja karena terlalu subjektif. Melihatnya dari sudut pandang orang lain dan menghormati pendapat orang adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari.

wRite
Apapun yang ditulis harus dapat dipertanggungjawabkan.

Setelah menjelaskan tentang 5R, Pak Maman pun menceritakan tentang pengalamannya menjelang skripsi dan cerita tersebut amat sangat menarik dan mengejutkan.

Selasa, 08 November 2016

Penyiaran dan Undang-Undang (3 November 2016)


Masyarakat mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Hal tersebut dibahas dalam UUD 45. Dan pada hari Kamis, 3 November 2016, Pak Paulus Widiyanto selaku ketua Masyarakat Cipta Media hadir di kelas kapita selekta dan mengajarkan tentang penyiaran beserta undang-undang yang terkait.



Terdapat beberapa prinsip-prinsip universal terkait penyiaran yaitu:

1.       Kebebasan pers

2.       Kebebasan berekspresi, kebebasan berbicara

3.       Kebebasan atas informasi

4.       Hak atas peradilan yang adil

5.       Azas praduga tak bersalah

6.       Perlindungan privasi

7.       Perlindungan data pribadi


Dalam dunia penyiaran terdapat dua jenis undang-undang yaitu UUD Penyiaran dan UUD Pers dan isi dari kedua UUD tersebut ada yang bertentangan satu sama lain sehingga menyebabkan:

1.       Disharmonisasi regulasi

2.       Benturan hak-hak

3.       Multitafsir UUD

4.       Ketidaklengkapan UUD

5.       Ketertinggalan UUD dari kemajuan teknologi

6.       Kelemahan UUD

Penyiaran adalah sesuatu yang bersifat luas, contohnya pada penyiaran televisi semua orang di seluruh penjuru Indonesia dapat menyaksikan suatu program televisi dan mendapatkan infomasi yang sama persis. Penyiaran juga bersifat mobile audience, waiting audience.

Perbedaan antara UUD Pers dan Penyiaran diakibatkan karena UUD Penyiaran telah tertinggal oleh kemajuan teknologi dan tidak memiliki terminologii modern, hal inilah yang menjadi dasar penyebab multitafsir.

Penyiaran televisi saat ini sedang mengalami hegomi kekuasaan contohnya penyiaran sidang Jessica yang berlebihan dan masif sehingga masyarakat tidak memiliki pilihan tontonan lain.

Saat ini 1 orang berkuasa dapat memiliki 4 siaran televisi sekaligus sehingga dapat dipastikan bahwa konten televisi yang dimilikinya berisi tentang hal yang menyangkut kepentingannya. Hal ini tentu saja bertentangan dengan ideology demokratis.

Inti dari kelas pada hari Kamis adalah media memiliki regulasi namun terdapat beberapa sumber sehingga menyebabkan munculnya disharmonisasi regulasi yang mengarah kepada ketidakjelasan dan menyebabkan perpecahan karena perbedaan pendapat.

Harusnya ada solusi untuk masalah ini karena bila dibiarkan terus maka perpecahan tidak akan pernah berhenti. Seharusnya UUD Penyiaran harusnya mengikuti kemajuan jaman dan visioner akan kemajuan teknologi.

Dan pers harus mengingat bahwa mereka tidak berhak mengadili tetapi hanya hanya mampu menginformasikan, menghibur, mengedukasi. Karena sekarang kebanyakan pers sudah mulai mengadili orang bersalah contohnya dalam sidang Jessica.

Rabu, 02 November 2016

Komunikasi Politik (27 Oktober 2016)

Heri Budianto adalah narasumber untuk kelas Kapita Selekta pada hari Kamis, 27 Oktober 2016. Beliau merupakan seorang analis politik yang kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi karena telah sering menjadi narasumber dalam berbagai acara televisi. Pada hari itu beliau membawakan tema tentang komunikasi politik. Menurutnya komunikasi politik adalah komunikasi untuk melihat realitas politik yang mencakup pemilu, partai politik, pilkada dan lain sebagainya. Segala hal memiliki makna di dalam ilmu komunikasi dan itulah yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lainnya.


Untuk memudahkan kami para mahasiswa/i memahami materi yang ia bawakan, Pak Heri selalu memberikan contoh yang mudah dan merupakan bahasan yang dekat dengan kami. ‘Pernahkah ada yang berpikir mengapa sidang Jessica tidak pernah menghadirkan ahli komunikasi? Yang hadir selalu ahli forensik, ahli toksikologi, psikolog dan ahli lainnya tapi tidak pernah ahli komunikasi. Padahal ahli komunikasi dapat memahami lebih jauh tentang pesan verbal dan non verbal.’ Itu adalah pertanyaan yang diberikan kepada kami dan lumayan membuat kelompok saya menyadari mengapa selama ini ilmu komunikasi tidak pernah diperhitungkan sebagai ilmu yang penting dan kompeten di mata masyarakat.

Kemudian pembahasan pun berlanjut kepada pemusatan definisi politik. Dalam politik terdapat aktor politik yang banyak melakukan dramaturgi. Contohnya perilaku seorang aktor politik persis seperti aktor dalam televisi yang banyak bersandiwara, berbeda perilakunya di depan dan belakang panggung politik. Terlalu banyak rekayasa yang dilakukan para politisi yang kerap kali membodohi publiknya. Dan lebih parahnya lagi publik mau-mau saja dibodohi terus-terusan.



Terdapat 3 elemen politik:
-          Orang politik
o   Parpol = partai politik seperti Gerindra, Golkar, PDIP dan lainnya.
o   Pressure group = pengamat di televisi yang kerap mengkritisi masalah politik
o   Ormas
o   Teroris
o   Pemerintah
-          Media
Memiliki motif politik contohnya banyak pemilik televisi yang memanfaatkannya untuk kepentingan politik seperti kampanye terselubung.
Memiliki motif ideologi contohnya media memiliki hubungan dengan pendirinya seperti Kompas dan PDIP yang memiliki relasi ideologi sehingga Kompas jarang memberitakan tentang keburukan PDIP.
Memiliki motif ekonomi karena media selalu mementingkan rating dan share yang tinggi.
Memiliki motif idealisme yang merupakan dasar produksi konten TV. Terkadang idealisme TV bertentangan dengan wartawannya.
-          Warga negara
Masyarakat suatu negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.



Menurut kelompok kami, ketiga elemen politik tersebut harus mampu bersatu dengan baik agar dalam negara tercipta keharmonisan yang baik. Seharusnya setiap elemen saling mendukung satu sama lain agar tercipta kedamaian. Saat ini sedang banyak warga negara yang terprovokasi untuk berpikir negatif akibat paparan media dan pemerintah yang berlebihan. Sebagai warga negara harusnya tau mana yang baik dan mana yang buruk serta menyadari mana yang salah dan mana yang benar. Pemerintah dan media juga harus sadar bahwa uang bukanlah segalanya sehingga terkadang rela membodohi masyarakat demi mendapat keuntungan sebesar-besarnya.

Senin, 03 Oktober 2016

CNN Indonesia NEWSROOM SESSION (28 September 2016)

Kelas kapita selekta pada hari Rabu tanggal 28 September 2016 berbeda dengan kelas biasanya karena pada hari itu, kelas dilaksanakan di Auditorium lantai 8 Gedung M Universitas Tarumanagara. Hari itu kelas kapita selekta kedatangan CNN Indonesia dengan tema Newsroom Session.  Terdapat tiga orang pembicara dalam acara tersebut dan mereka adalah Annisa Pagih, Prabu Revolusi dan Desi Anwar. Semuanya berprofesi sebagai news anchor.


Pembicara yang paling menarik menurut kelompok kami adalah Desi Anwar. Ia memulai kariernya pertama kali di RCTI yang merupakan televisi komersil (pendapatan berasal dari iklan). Saat itu yang memiliki RCTI adalah Bambang Soeharto. RCTI adalah televisi yang ditonton oleh masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke dengan acara berita yang menjadi andalannya yaitu Seputar Indonesia. Dengan kemunculan Seputar Indonesia, siaran berita yang ada di TVRI pun mulai menurun. Yang awalnya sekali seminggu menjadi tiga kali seminggu. TVRI adalah siaran televisi pertama di Indonesia dan dulu hanya merupakan satu-satunya yang ada. TVRI dimiliki oleh pemerintah dan tidak memiliki iklan sama sekali.


Kemudian pembicaraan pun berlanjut ke Metro TV. Alasan lahirnya Metro TV adalahnya karena sebuah siaran berita bisa mempengaruhi demokrasi dan kinerja pemerintah. Isinya 70% berita dan 30% gaya hidup.
CNN Indonesia juga merupakan siaran berita namun perbedannya dengan siaran berita lainnya terletak pada digitalisasinya. CNN merupakan siaran televisi yang murni digital baik dari segi pengelolaan serta penayangan beritanya. Siaran televisi di luar negeri sudah menggunakan teknologi yang dilakukan oleh CNN sejak 5 tahun yang lalu sedangkan teknologi ini baru saja digunakan di Indonesia. Bahkan media Indonesia masih menggunakan postulat tradisional dalam menayangkan berita-berita yaitu bad news is a good news. Tanpa memandang bahwa efek dari postulat tersebut akan menghasilkan pesimisme untuk masyarakatnya.

Di era globalisasi ini, semua orang , siapapun dapat membuat berita dan menyebarkannya sendiri melalui jaringan internet (YouTube, Facebook, dll). Bahkan seseorang dapat membuat sebuah channel berita sendiri melalui YouTube dan hebatnya lagi tanpa menggunakan biaya sedikitpun. Namun hal ini dapat menyebabkan terjadinya tsunami informasi dan belum tentu semua berita yang menyebar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


Acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan Desi Anwar. Seseorang bertanya kepada Desi Anwar mengapa ia dapat menjadi seorang news anchor yang luar biasa padahal tidak memiliki basic di bidang komunikasi.

Desi Anwar menjawab ia merupakan lulusan sastra dan sejarah Inggris. Menurutnya untuk menjadi seorang jurnalis tidak harus memiliki background dalam bidang komunikasi karena yang diperlukan adalah daya berpikir dan kemampuan komunikasi pun akan berkembang dengan sendirinya. Justru dengan background yang bukan dari bidang komunikasi akan lebih baik untuk menjadi jurnalis karena dapat mengikuti perkembangan yang pesat di era globalisasi ini (tidak monoton seperti yang diajarkan dalam ilmu jurnalistik). Siapapun menurutnya dapat menjadi jurnalis, apabila tidak ahli dalam bidang komunikasi maka dapat dimulai dengan menulis sebuah blog atau cara lainnya. Yang terpenting adalah kemauan untuk berproduksi. Apalagi sekarang di era globalisasi semuanya serba mudah untuk mengembangkan talenta.

Pertanyaan lain pun muncul dari seorang mahasiswa yang bertanya mengapa jurnalistik selalu memiliki kepentingan?

Desi Anwar menjawab bahwa pertelevisian Indonesia lahir dari tujuan bisnis. Semua siaran televisi memiliki owner yang dapat mengendalikan isi dari siaran televisinya sesuai dengan kemauan dan kepentingannya. Yang terpenting baginya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya (melalui iklan bukan dari pajak). Televisi kini semakin bagus untuk bisnis tapi tidak semakin bagus untuk ditonton. Meski begitu, CNN Indonesia memiliki fokus dalam jurnalistik dan tetap berusaha untuk independen. Televisi luar negeri mendapatkan pendapatan dari pajak sehingga tidak memerlukan iklan dan tidak memiliki kepentingan apapun.

Pertanyaan terakhir adalah “Adakah perubahan komunikasi yang disampaikan? Bagaimanakah perubahan dari tahun ke tahun?”


Ia menjawab evolusi semakin lama semakin kritis dan mempertanyakan. Banyak hal yang dapat diprotes apabila tidak berkenan di hati seseorang. Berbeda dengan era orde baru yang mengekang masyarakat untuk berpendapat. Kini semuanya serba bebas, pendapat dapat dikeluarkan sebebas-bebasnya tanpa ada yang melarang. Dan televisi adalah salah satu bentuk kebebasan berpendapat. 

Selasa, 27 September 2016

Iklan dan Kekerasan Simbolik (22 September 2016)



Endah Murwani adalah dosen tamu yang mengajar kelas Kapita Selekta pada tanggal 22 September 2016. Topik pembahasan yang dibawakan oleh beliau adalah tentang iklan dan kekerasan simbolik. Topik pembahasan tersebut berkaitan dengan new media, sama seperti dengan pembahasan pada minggu-minggu sebelumnya. Namun pembahasan kali ini befokus kepada iklan dan kekerasan simboliknya sehingga merupakan bentuk pembahasan yang baru dan menarik.

 
Iklan adalah sesuatu yang tidak pernah dari kehidupan manusia sehari-hari. Iklan berada dimana-mana sepanjang hari hingga seakan mengepung masyarakat dari berbagai penjuru. Segala celah yang ada selalu diisi oleh pengiklan. Semua pengiklan berlomba-lomba untuk semakin eksis di mata masyarakat. Alasannya sangat mudah karena semakin iklan sering muncul maka akan membentuk brand recall pada benak masyarakat. Salah satu contohnya adalah iklan Ponds (sabun cuci muka) yang rela mengeluarkan biaya hampir 400 miliar rupiah untuk beriklan. Biaya sebesar itu bukanlah sebuah masalah selama pentrasi Ponds setiap tahun semakin meningkat dan memang kenyataannya hal tersebut benar terjadi.
 

Iklan yang pada awalnya hanya digunakan untuk mempromosikan produk atau jasa kini telah mengalami pergeseran seperti berikut:

1.        Sebagai sarana penyebar nilai dan gaya hidup baru.
Contoh nyatanya dapat terlihat pada iklan-iklan sereal yang sering muncul di televisi sebagai makanan untuk dikonsumsi di pagi hari. Kini sudah banyak masyarakat yang terpapar iklan tersebut dan mulai mengkonsumsi sereal di pagi hari dan dan tidak lagi memilih bubur sebagai pilihan.

2.       Memunculkan asumsi using product is currency
Contohnya dapat terlihat pada iklan sampo. Sampo sebenarnya hanya memiliki fungsi untuk membersihkan rambut namun kini sampo diiklankan tidak hanya untuk membersihkan rambut saja tapi dapat berfungsi untuk memanjangkan rambut, dsb. Contoh lain juga terjadi pada sandal, sandal hanyalah berfungsi untuk alas kaki namun kini untuk menciptakan brand recall di benak masyarakatm sandal diiklankan dapat memberikan efek kesehatan pada pemakainya.

Konsep kekerasan simbolik
Tanpa kita sadari, simbol-simbol yang ada dalam iklan akan kita ikuti. Contohnya tagline ‘putih itu cantik’ yang sering digemborkan oleh iklan-iklan perawatan wajah dan kulit. Secara tidak langsung tagline yang dilihat berkali-kali tersebut dapat tertanam dalam benak dan benar-benar percaya bahwa kecantikan seseorang ditentukan oleh warna kulitnya. Pemaparan secara terus menerus tersebut disebut sebagai pedagogis atau definisi praktisnya adalah pengajaran /edukasi terus menerus.

Media memiliki kuasa yang membuat masyarakat mengikuti apapun yang ditayangkannya, kuasa yang dimiliki oleh media dapat dianalogikan sebagai kuasa orang tua di rumah terhadap anaknya.  Orang tua sebagai pemilik rumah tentunya harus dipatuhi oleh anaknya. Begitu pula kekuatan yang dimiliki oleh media. Masyarakat membutuhkan media untuk memperoleh informasi namun terkadang informasi tersebut memiliki konten yang tidak begitu menguntungkan bagi masyarakat. Contohnya adalah para kapitalis yang memiliki stasiun-stasiun televisi di Indonesia.

Iklan-iklan memiliki kekuatan yang sama kuatnya dan mampu menanamkan ide dan g
agasan ke dalam benak masyarakat untuk jangka panjang. Iklan mampu membentuk standar-standar yang menentukan kesempurnaan hidup. Standar yang dibentuk oleh para pengiklan tersebut sebenarnya kebanyakan mengandung kekerasan simbolik yang bersifat negatif untuk masyarkat, contohnya:

-          Cantik itu ditentukan dari warna kulit dan postur tubuh yang kurus. Pernyataan ini sering dikemukakan dalam iklan-iklan kosmetik.

-          Susu sejak dulu dikenal sebagai minuman untuk anak kecil agar cepat tumbuh besar dan berisi namun kini susu diiklankan sebagai minuman yang justru untuk menguruskan badan dan menambah kesehatan tubuh (seperti iklan susu WRP).

-          Gym dahulu bukanlah gaya hidup untuk masyarakat Indonesia namun kini dengan semakin maraknya gym yang bermunculan serta ditambah dengan munculnya iklan-iklan pendukung menjadikan gym kini sebagai gaya hidup terutama bagi para pria untuk mendapatkan tubuh yang bagus yang berotot. Seperti iklan L-Men yang konsep iklannya selalu menunjukkan bahwa pria yang dikejar-kejar wanita adalah sosok pria yang memiliki tubuh bidang dan berotot, pria dengan tubuh tak proposional tidaklah menarik bagi wanita.

Beberapa hal di atas merupakan bentuk kekerasan simbolik yang menerpa masyarakat setiap hari karena iklan yang tidak pernah berhenti bermunculan dari mulai kita bangun hingga tidur kembali. Banyak orang yang telah membiarkan iklan serta media membentuk sebuah standar hidup untuk mereka penuhi dan para pengiklan terus-terusan meraup keuntungan besar tanpa disadari oleh masyarakat.  





Kelompok kami pun ingin melakukan analisis terhadap salah satu iklan dalam media yang mengandung kekerasan simbolik. Iklan tersebut adalah Hilo Teen. Hilo Teen adalah sebuah merk susu yang di klaim dapat berfungsi untuk menambah tinggi seseorang. Kebetulan susu ini ditargetkan untuk para remaja. Iklan Hilo Teen ini memiliki sebuah tagline yaitu ‘tumbuh itu ke atas bukan ke samping’. Konsep iklan ini adalah sebagai berikut:

-          Menayangkan betapa remaja yang pendek tidak dapat melakukan banyak hal dan harus dibantu oleh remaja yang lebih tinggi atau selalu kalah bersaing karena postur tubuhnya yang pendek dan gendut.

-          Menayangkan betapa remaja yang tinggi dapat melakukan apapun yang tidak dalam dilakukan oleh remaja yang pendek serta gendut. 


Jelas iklan beserta tagline nya dapat menimbulkan kesan bahwa tubuh tinggi dan ramping itu lebih baik dibandingkan dengan tubuh pendek dan gendut yang tidak bisa melakukan apa-apa. Hal ini dapat berakibat buruk bagi para penontonnya apalagi susu ini ditargetkan untuk anak-anak remaja dan seluruh pemeran dalam iklan adalah anak muda. Remaja dengan postur tubuh pendek dan gendut dapat merasa kurang percaya diri dan mungkin diejek teman sebayanya akibat standar yang tanpa disadari ditetapkan oleh iklan tersebut. Kini tagline Hilo Teen memang telah diganti menjadi ‘tumbuh tinggi, jangan nanti-nanti’ namun tetap saja tagline awalnya yang mengandung kekerasa simbolik tersebut telah diputar di media secara marak untuk bertahun-tahun dan telah berhasil menjadikan tubuh tinggi dan ramping menjadi standar tubuh remaja yang sempurna. 

Kelompok kami kini menyadari untuk tidak terus-terusan membiarkan diri kami terkena kekerasan simbolik yang dipaparkan oleh iklan-iklan. Karena kami telah menyadari bahwa hidup kami bukanlah ditentukan oleh standar dari iklan.