Kelas kapita selekta pada hari
Rabu tanggal 28 September 2016 berbeda dengan kelas biasanya karena pada hari
itu, kelas dilaksanakan di Auditorium lantai 8 Gedung M Universitas
Tarumanagara. Hari itu kelas kapita selekta kedatangan CNN Indonesia dengan tema
Newsroom Session. Terdapat tiga orang pembicara dalam acara
tersebut dan mereka adalah Annisa Pagih, Prabu Revolusi dan Desi Anwar. Semuanya
berprofesi sebagai news anchor.
Pembicara yang paling menarik
menurut kelompok kami adalah Desi Anwar. Ia memulai kariernya pertama kali di
RCTI yang merupakan televisi komersil (pendapatan berasal dari iklan). Saat itu
yang memiliki RCTI adalah Bambang Soeharto. RCTI adalah televisi yang ditonton
oleh masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke dengan acara berita yang
menjadi andalannya yaitu Seputar Indonesia. Dengan kemunculan Seputar
Indonesia, siaran berita yang ada di TVRI pun mulai menurun. Yang awalnya
sekali seminggu menjadi tiga kali seminggu. TVRI adalah siaran televisi pertama
di Indonesia dan dulu hanya merupakan satu-satunya yang ada. TVRI dimiliki oleh
pemerintah dan tidak memiliki iklan sama sekali.
Kemudian pembicaraan pun
berlanjut ke Metro TV. Alasan lahirnya Metro TV adalahnya karena sebuah siaran
berita bisa mempengaruhi demokrasi dan kinerja pemerintah. Isinya 70% berita
dan 30% gaya hidup.
CNN Indonesia juga merupakan
siaran berita namun perbedannya dengan siaran berita lainnya terletak pada
digitalisasinya. CNN merupakan siaran televisi yang murni digital baik dari
segi pengelolaan serta penayangan beritanya. Siaran televisi di luar negeri
sudah menggunakan teknologi yang dilakukan oleh CNN sejak 5 tahun yang lalu
sedangkan teknologi ini baru saja digunakan di Indonesia. Bahkan media
Indonesia masih menggunakan postulat tradisional dalam menayangkan
berita-berita yaitu bad news is a good
news. Tanpa memandang bahwa efek dari postulat tersebut akan menghasilkan
pesimisme untuk masyarakatnya.
Di era globalisasi ini, semua
orang , siapapun dapat membuat berita dan menyebarkannya sendiri melalui
jaringan internet (YouTube, Facebook, dll).
Bahkan seseorang dapat membuat sebuah channel
berita sendiri melalui YouTube dan
hebatnya lagi tanpa menggunakan biaya sedikitpun. Namun hal ini dapat
menyebabkan terjadinya tsunami informasi dan belum tentu semua berita yang
menyebar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Acara pun dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab dengan Desi Anwar. Seseorang bertanya kepada Desi Anwar mengapa ia
dapat menjadi seorang news anchor yang
luar biasa padahal tidak memiliki basic di
bidang komunikasi.
Desi Anwar menjawab ia merupakan
lulusan sastra dan sejarah Inggris. Menurutnya untuk menjadi seorang jurnalis
tidak harus memiliki background dalam
bidang komunikasi karena yang diperlukan adalah daya berpikir dan kemampuan
komunikasi pun akan berkembang dengan sendirinya. Justru dengan background yang bukan dari bidang
komunikasi akan lebih baik untuk menjadi jurnalis karena dapat mengikuti
perkembangan yang pesat di era globalisasi ini (tidak monoton seperti yang
diajarkan dalam ilmu jurnalistik). Siapapun menurutnya dapat menjadi jurnalis,
apabila tidak ahli dalam bidang komunikasi maka dapat dimulai dengan menulis
sebuah blog atau cara lainnya. Yang terpenting
adalah kemauan untuk berproduksi. Apalagi sekarang di era globalisasi semuanya
serba mudah untuk mengembangkan talenta.
Pertanyaan lain pun muncul dari
seorang mahasiswa yang bertanya mengapa jurnalistik selalu memiliki
kepentingan?
Desi Anwar menjawab bahwa
pertelevisian Indonesia lahir dari tujuan bisnis. Semua siaran televisi
memiliki owner yang dapat
mengendalikan isi dari siaran televisinya sesuai dengan kemauan dan
kepentingannya. Yang terpenting baginya adalah mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya (melalui iklan bukan dari pajak). Televisi kini semakin bagus
untuk bisnis tapi tidak semakin bagus untuk ditonton. Meski begitu, CNN
Indonesia memiliki fokus dalam jurnalistik dan tetap berusaha untuk independen.
Televisi luar negeri mendapatkan pendapatan dari pajak sehingga tidak
memerlukan iklan dan tidak memiliki kepentingan apapun.
Pertanyaan terakhir adalah “Adakah
perubahan komunikasi yang disampaikan? Bagaimanakah perubahan dari tahun ke
tahun?”
Ia menjawab evolusi semakin lama
semakin kritis dan mempertanyakan. Banyak hal yang dapat diprotes apabila tidak
berkenan di hati seseorang. Berbeda dengan era orde baru yang mengekang
masyarakat untuk berpendapat. Kini semuanya serba bebas, pendapat dapat
dikeluarkan sebebas-bebasnya tanpa ada yang melarang. Dan televisi adalah salah
satu bentuk kebebasan berpendapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar