Rabu, 02 November 2016

Komunikasi Politik (27 Oktober 2016)

Heri Budianto adalah narasumber untuk kelas Kapita Selekta pada hari Kamis, 27 Oktober 2016. Beliau merupakan seorang analis politik yang kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi karena telah sering menjadi narasumber dalam berbagai acara televisi. Pada hari itu beliau membawakan tema tentang komunikasi politik. Menurutnya komunikasi politik adalah komunikasi untuk melihat realitas politik yang mencakup pemilu, partai politik, pilkada dan lain sebagainya. Segala hal memiliki makna di dalam ilmu komunikasi dan itulah yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lainnya.


Untuk memudahkan kami para mahasiswa/i memahami materi yang ia bawakan, Pak Heri selalu memberikan contoh yang mudah dan merupakan bahasan yang dekat dengan kami. ‘Pernahkah ada yang berpikir mengapa sidang Jessica tidak pernah menghadirkan ahli komunikasi? Yang hadir selalu ahli forensik, ahli toksikologi, psikolog dan ahli lainnya tapi tidak pernah ahli komunikasi. Padahal ahli komunikasi dapat memahami lebih jauh tentang pesan verbal dan non verbal.’ Itu adalah pertanyaan yang diberikan kepada kami dan lumayan membuat kelompok saya menyadari mengapa selama ini ilmu komunikasi tidak pernah diperhitungkan sebagai ilmu yang penting dan kompeten di mata masyarakat.

Kemudian pembahasan pun berlanjut kepada pemusatan definisi politik. Dalam politik terdapat aktor politik yang banyak melakukan dramaturgi. Contohnya perilaku seorang aktor politik persis seperti aktor dalam televisi yang banyak bersandiwara, berbeda perilakunya di depan dan belakang panggung politik. Terlalu banyak rekayasa yang dilakukan para politisi yang kerap kali membodohi publiknya. Dan lebih parahnya lagi publik mau-mau saja dibodohi terus-terusan.



Terdapat 3 elemen politik:
-          Orang politik
o   Parpol = partai politik seperti Gerindra, Golkar, PDIP dan lainnya.
o   Pressure group = pengamat di televisi yang kerap mengkritisi masalah politik
o   Ormas
o   Teroris
o   Pemerintah
-          Media
Memiliki motif politik contohnya banyak pemilik televisi yang memanfaatkannya untuk kepentingan politik seperti kampanye terselubung.
Memiliki motif ideologi contohnya media memiliki hubungan dengan pendirinya seperti Kompas dan PDIP yang memiliki relasi ideologi sehingga Kompas jarang memberitakan tentang keburukan PDIP.
Memiliki motif ekonomi karena media selalu mementingkan rating dan share yang tinggi.
Memiliki motif idealisme yang merupakan dasar produksi konten TV. Terkadang idealisme TV bertentangan dengan wartawannya.
-          Warga negara
Masyarakat suatu negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.



Menurut kelompok kami, ketiga elemen politik tersebut harus mampu bersatu dengan baik agar dalam negara tercipta keharmonisan yang baik. Seharusnya setiap elemen saling mendukung satu sama lain agar tercipta kedamaian. Saat ini sedang banyak warga negara yang terprovokasi untuk berpikir negatif akibat paparan media dan pemerintah yang berlebihan. Sebagai warga negara harusnya tau mana yang baik dan mana yang buruk serta menyadari mana yang salah dan mana yang benar. Pemerintah dan media juga harus sadar bahwa uang bukanlah segalanya sehingga terkadang rela membodohi masyarakat demi mendapat keuntungan sebesar-besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar