Kelas Kapita Selekta pada hari
Kamis 24 November 2016 kedatangan seorang dosen tamu bernama Didiet Anindita. Beliau
adalah seorang fotografer profesional sejak tahun 1989. Pengalaman beliau
sebagai fotografer kebanyakan didapatkan dari profesinya sebagai fotografer
majalah. Kini beliau bekerja sebagai fotografer freelance. Ia juga mengatakan bahwa ia sering merekrut anak-anak
dari Fakultas Ilmu Komunikasi Untar untuk dijadikan partner kerja ketika sedang
mendapatkan sebuah proyek fotografi.
Topik yang ia bawakan adalah
seputar fotografi dan metodenya terutama fotografi untuk majalah. Ia mengatakan
bahwa teori yang diajarkan dalam fotografi akan berbeda 180 derajat dengan
prakteknya. Sehingga semakin banyak praktek maka kita akan semakin ahli dalam
fotografi.
Redaksi dalam majalah memiliki
beberapa elemen yaitu:
-
Pemred
-
Fotografer
-
Redaktur pelaksana
-
Desain grafis
-
Pengarah gaya
-
fashion
Menurutnya dalam cover majalah,
yang terpenting adalah modelnya tidak menutupi tulisan judul-judul artikel yang
diletakkan di cover. Tapi juga jangan sampai wajah model tertutup oleh
judul-judul tersebut. Namun terdapat sebuah majalah yang namanya tertutup oleh
modelnya. Contohnya seperti gambar di bawah ini:
Gambar di atas adalah Majalah
Femina dan kita tetap bisa mengetahui nama majalah tersebut walaupun tertutup
oleh modelnya. Mengapa hal itu dapat terjadi? Karena Majalah Femina sudah
terkenal sejak dulu sehingga masyarakat sudah mengetahui bentuk tulisan dari
majalah tersebut sehingga walaupun tulisannya tertutup, masyarakat tetap tahu
bahwa itu Femina.
Menurut Pak Didiet terdapat suatu
ilmu yang penting dalam fotografi di majalah yaitu gradasi atau zone system. Itu adalah teknik gradasi
dari gelap ke terang atau dari terang ke gelap. Kita dapat bermain dengan
gradasi warna agar membuat foto menjadi lebih hidup.
Setiap fotografer pasti memiliki idealisme
masing-masing, memiliki gaya dan selera fotografi yang berbeda-beda namun
ketika menjadi seorang fotografer maka harus menuruti keinginan klien. Keinginan
klien harus diutamakan sehingga menjadi seorang fotografer tidak boleh terpaku idealisme
diri. Bekerja menjadi fotografer di Indonesia memiliki kesulitan tersendiri
yaitu klien yang tidak dapat mengatakan dan menggambarkan foto seperti apa yang
diinginkannya. Sehingga seorang fotografer harus mampu memahami seperti apa
foto yang diinginkan oleh klien.
Menjadi seorang fotografer
majalah seperti Pak Didiet juga tidak mudah karena terkadang foto model yang
dijadikan untuk cover majalah seringkali menuai kontroversi seperti contohnya
baju model yang terlalu terbuka atau posenya yang terlalu berani. Namun hal
menantang seperti itu perlu dilakukan untuk menaikkan perhatian masyarakat pada
majalah. Biasanya hal tersebut dilakukan ketika majalah sedang mengalami
penurunan tingkat pembaca. Sehingga seorang fotografer harus dapat
mempertahankan pilihannya dalam menggunakan foto yang dijadikan cover majalah.
Pak Didiet juga pernah menjadi
fotografer untuk iklan minuman dan tips yang terpenting darinya adalah untuk
membuat sebuah foto untuk iklan harus ada logikanya. Harus dipikirkan juga bagaimana
agar pesan apa yang ingin disampaikan pada masyarakat dapat tersalurkan dengan
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar