Senin, 03 Oktober 2016

CNN Indonesia NEWSROOM SESSION (28 September 2016)

Kelas kapita selekta pada hari Rabu tanggal 28 September 2016 berbeda dengan kelas biasanya karena pada hari itu, kelas dilaksanakan di Auditorium lantai 8 Gedung M Universitas Tarumanagara. Hari itu kelas kapita selekta kedatangan CNN Indonesia dengan tema Newsroom Session.  Terdapat tiga orang pembicara dalam acara tersebut dan mereka adalah Annisa Pagih, Prabu Revolusi dan Desi Anwar. Semuanya berprofesi sebagai news anchor.


Pembicara yang paling menarik menurut kelompok kami adalah Desi Anwar. Ia memulai kariernya pertama kali di RCTI yang merupakan televisi komersil (pendapatan berasal dari iklan). Saat itu yang memiliki RCTI adalah Bambang Soeharto. RCTI adalah televisi yang ditonton oleh masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke dengan acara berita yang menjadi andalannya yaitu Seputar Indonesia. Dengan kemunculan Seputar Indonesia, siaran berita yang ada di TVRI pun mulai menurun. Yang awalnya sekali seminggu menjadi tiga kali seminggu. TVRI adalah siaran televisi pertama di Indonesia dan dulu hanya merupakan satu-satunya yang ada. TVRI dimiliki oleh pemerintah dan tidak memiliki iklan sama sekali.


Kemudian pembicaraan pun berlanjut ke Metro TV. Alasan lahirnya Metro TV adalahnya karena sebuah siaran berita bisa mempengaruhi demokrasi dan kinerja pemerintah. Isinya 70% berita dan 30% gaya hidup.
CNN Indonesia juga merupakan siaran berita namun perbedannya dengan siaran berita lainnya terletak pada digitalisasinya. CNN merupakan siaran televisi yang murni digital baik dari segi pengelolaan serta penayangan beritanya. Siaran televisi di luar negeri sudah menggunakan teknologi yang dilakukan oleh CNN sejak 5 tahun yang lalu sedangkan teknologi ini baru saja digunakan di Indonesia. Bahkan media Indonesia masih menggunakan postulat tradisional dalam menayangkan berita-berita yaitu bad news is a good news. Tanpa memandang bahwa efek dari postulat tersebut akan menghasilkan pesimisme untuk masyarakatnya.

Di era globalisasi ini, semua orang , siapapun dapat membuat berita dan menyebarkannya sendiri melalui jaringan internet (YouTube, Facebook, dll). Bahkan seseorang dapat membuat sebuah channel berita sendiri melalui YouTube dan hebatnya lagi tanpa menggunakan biaya sedikitpun. Namun hal ini dapat menyebabkan terjadinya tsunami informasi dan belum tentu semua berita yang menyebar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


Acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan Desi Anwar. Seseorang bertanya kepada Desi Anwar mengapa ia dapat menjadi seorang news anchor yang luar biasa padahal tidak memiliki basic di bidang komunikasi.

Desi Anwar menjawab ia merupakan lulusan sastra dan sejarah Inggris. Menurutnya untuk menjadi seorang jurnalis tidak harus memiliki background dalam bidang komunikasi karena yang diperlukan adalah daya berpikir dan kemampuan komunikasi pun akan berkembang dengan sendirinya. Justru dengan background yang bukan dari bidang komunikasi akan lebih baik untuk menjadi jurnalis karena dapat mengikuti perkembangan yang pesat di era globalisasi ini (tidak monoton seperti yang diajarkan dalam ilmu jurnalistik). Siapapun menurutnya dapat menjadi jurnalis, apabila tidak ahli dalam bidang komunikasi maka dapat dimulai dengan menulis sebuah blog atau cara lainnya. Yang terpenting adalah kemauan untuk berproduksi. Apalagi sekarang di era globalisasi semuanya serba mudah untuk mengembangkan talenta.

Pertanyaan lain pun muncul dari seorang mahasiswa yang bertanya mengapa jurnalistik selalu memiliki kepentingan?

Desi Anwar menjawab bahwa pertelevisian Indonesia lahir dari tujuan bisnis. Semua siaran televisi memiliki owner yang dapat mengendalikan isi dari siaran televisinya sesuai dengan kemauan dan kepentingannya. Yang terpenting baginya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya (melalui iklan bukan dari pajak). Televisi kini semakin bagus untuk bisnis tapi tidak semakin bagus untuk ditonton. Meski begitu, CNN Indonesia memiliki fokus dalam jurnalistik dan tetap berusaha untuk independen. Televisi luar negeri mendapatkan pendapatan dari pajak sehingga tidak memerlukan iklan dan tidak memiliki kepentingan apapun.

Pertanyaan terakhir adalah “Adakah perubahan komunikasi yang disampaikan? Bagaimanakah perubahan dari tahun ke tahun?”


Ia menjawab evolusi semakin lama semakin kritis dan mempertanyakan. Banyak hal yang dapat diprotes apabila tidak berkenan di hati seseorang. Berbeda dengan era orde baru yang mengekang masyarakat untuk berpendapat. Kini semuanya serba bebas, pendapat dapat dikeluarkan sebebas-bebasnya tanpa ada yang melarang. Dan televisi adalah salah satu bentuk kebebasan berpendapat.